Kepemilikan Tanah Bangsa Belanda
2 August 2021Clay dan Strategi Perang
6 August 2021Tanah, terutama partikel klei, ternyata erat hubungannya dengan asal-usul kehidupan. Pada kajian antropologi, menurut Agustinos Wibowo, semua cerita yang menjelaskan asal mula alam semesta beserta kehidupannya disebut ‘mitos asal’ (origyn myth) atau mitos penciptaan (Wibowo, 2021b). Beberapa suku di Papua New Guinea misalnya meyakini manusia berasal dari dalam tanah.
Demikan pula orang Yahudi, mengatakan manusia diciptakan Yahweh dari tanah liat. Itu mirip cerita Cina yang menyebut manusia berasal dari boneka lempung yang diberi nafas oleh Dewi Nuwa. Tentu ada pula mitos di suku tradisional yang bukan meyakini manusia berasal dari tanah.
Misalnya, di beberapa suku di pedalaman Papua ada yang mengatakan manusia berasal dari batang pohon, manusia turun dari langit, bahkan manusia berasal dari buaya. Akar mitos itu bermula dari rasa penasaran manusia tentang asal mula semesta dan kehadiran manusia di muka bumi. Sebelum ada sains modern, semua misteri yang terdapat pada fenomena alam hanya dapat dijawab dengan cerita yang kemudian berkembang menjadi mitos.
Kehadiran agama yang memiliki kitab suci lalu menggantikan mitos lisan menjadi keterangan-keterangan tertulis yang diyakini kebenarannya. Beberapa kitab suci besar menuliskan manusia berasal dari tanah liat, tentu dengan campuran air. Kita yang hidup di era modern terbantu oleh kemajuan sains—terutama di bidang arkeologi, antropologi, dan genetika—sehingga dapat menyingkap asal mula leluhur.
Di dunia sains modern, menurut Hillel, beberapa ilmuwan memang percaya bahwa partikel klei berkaitan erat dengan asal mula kehidupan. Kemampuan jerapan tanah liat kemungkinan berperan penting dalam asal usul kehidupan. Hipotesis ini muncul ketika para ilmuwan mensimulasi kondisi permukaan bumi di zaman primitif. Di masa itu diperkirakan asam amino tunggal pertama kali bergabung menjadi rantai yang lebih panjang yang disebut peptida.
Proses tersebut kemungkinan terjadi pada permukaan klei. Partikel klei berperan sebagai cetakan dan katalis pembentukan rantai peptida panjang atau protein. Musababnya, protein harus terbentuk dari lebih satu jenis asam amino di perairan atau di permukaan bumi primitif. Siklus fluktuasi suhu dan kelembapan dapat menyebabkan pembentukan peptida yang semakin kompleks menjadi prekursor protein besar yang identik dengan awal kehidupan (Hillel, 1998).
Kemungkinan besar proses tersebut berlangsung pada permukaan klei yang memungkinkan beragam asam amino awal tersebut dapat saling melekat.
Oleh (Destika Cahyana) sumber foto: horticulture.co.uk