Pengelolaan Tanah Hitam di Lombok Tengah NTB
19 December 2024HITI Komda Lampung tanam mangrove untuk pelestarian lingkungan
19 December 2024Cibinong – Humas BRIN. Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu provinsi yang kawasannya semi-arid atau kering. Ditandai dengan beberapa ciri geologi, berupa bentang alam kars, barisan pulau vulkanik muda, alur gunung api Indonesia, dataran rendah, serta dataran tinggi.
Sebaran tanah hitam di NTT cukup merata di beberapa pulau besar yang berpenduduk, yaitu pulau Timor, Sumba, Flores & Alor. Meski tidak dominan. Tanah hitam juga ditemukan di beberapa pulau kecil yaitu Rote, Sabu, Pantar, Lomlen dan Adonara.
Terkait pengelolaan tanah hitam di kawasan semi-arid NTT ini, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Tanaman Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Tony Basuki, memaparkannya pada webinar Teras TP Hari Tanah Sedunia. Webinar tersebut mengusung tema Pengelolaan Tanah Berkelanjutan untuk Ketahanan Pangan dan Mitigasi Perubahan Iklim, pada Kamis (12/12).
Tony mengatakan, masyarakat lokal NTT mengenal tanah hitam dengan beberapa sebutan nama lokal, seperti tana metung, tana miting, rai metan, tana miteng, dsb nya. Para petani di NTT berpendapat bahwa tanah hitam adalah tanah subur, namun mereka kerapkali dihadapkan dengan kesulitan dalam pengendalian gulma.
“Ada juga yang menganggapnya sebagai tanah berat sehingga banyak dari mereka yang tidak mau mengolahnya dengan alasan harus menggunakan alat traktor berbiaya cukup mahal. Terutama ketika mereka dihadapkan pada kondisi tanah yang bersolum dalam dan keras, karena adanya kandungan fraksi liat yang tinggi, seperti banyak terdapat di Pulau Timor dan Sumba,” urainya.
Tony menjelaskan, tanah hitam pada beberapa jenis tanah di NTT terdiri dari Vertisol yang banyak ditemukan di Timor, Sumba dan pulau-pulau kecil. Mollisol banyak ditemukan di pulau Sumba dan sebagian Flores, Andosol banyak ditemukan di sebagian besar Flores, Adonara, Lembata, Alor dan Pantar. Kemudian Inseptisol (Vertic ustropepts & Typic Ustropepts) di Timor, Rote dan Sabu, serta sebagian kecil Flores dan Sumba.
“Terdapat beberapa tipe usaha tani berbasis tanah hitam di NTT di antaranya yaitu usaha tani ladang berbasis tanaman pangan berupa jagung, kacang-kacangan, dan ubi kayu. Usaha tani sayuran, usaha tani padi sawah, baik sawah tadah hujan maupun sawah irigasi. Agroforestry di padang penggembalaan, sebagai sumber pakan rumput untuk ternak ekstensif, serta hutan,” ungkap Tony.
Lebih lanjut Tony mengatakan, masih rendahnya pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengolah tanah berat terutama tanah vertisol menjadi salah satu tantangan dalam pengelolaan tanah hitam di NTT.
“Kondisi tanah hitam yang sulit diolah terutama ketika kelembaban tanah yang tinggi dan kering. Pada kondisi kering, permukaan tanah menjadi pecah dan bergunduk. Sebaliknya, pada kondisi basah tanah akan mengembang dan lengket,” ungkapnya.
Apalagi, sambungnya, ketika tanah hitam tersebut tidak pernah diolah, cenderung menjadi lebih berat dan semakin sulit diolah. Seperti yang banyak ditemui di pulau Timor, Sumba dan sekitarnya yang tanahnya berbahan induk karts. Sebaliknya tanah hitam di Flores yang sebagian besar tanahnya berbahan induk volkan, sehingga lebih mudah diolah.
“Keterbatasan air (water available) kerapkali menjadi faktor utama yang membatasi optimalisasi pengolahan tanah hitam di wilayah kering. Selain biaya tinggi untuk pengendalian gulma juga menjadi tantangan teknis lainnya dalam pengelolaan tanah hitam ini. Untuk itu pengetahuan dan kearifan lokal yang sudah ada perlu diperkuat lagi dengan pengetahuan dan teknologi modern,” ungkapnya.
salah satunya, lanjut Tony, melalui pemanfaatan pupuk organik atau an-organik, penggunaan mulsa, teknis konservasi dan teknis irigasi atau panen air hujan. Termasuk juga memanfaatkan varietas unggul baru yang adaptif dan produktif sesuai lingkungan semi-arid NTT.
“Khusus untuk pengolahan tanah hitam yang berat, diperlukan edukasi yang diikuti dengan percontohan teknis pengelolaan kepada petani oleh pendamping lapangan agar tanah hitam dapat dimanfaatkan secara optimal,” pungkas Tony. (ash, ttg, dnp, lnw/ed.sl, ns)
Sumber artikel:
https://www.brin.go.id/news/121878/mengelola-tanah-hitam-di-ntt-kunci-ketahanan-pangan-di-wilayah-semi-arid