Kepala Bappenas : Pentingnya Kesehatan Lahan sebagai Faktor Pembangunan di Indonesia
19 December 2024Cibinong-Humas BRIN. Sulawesi Tengah memiliki posisi strategis sebagai jalur perdagangan regional di Sulawesi dan sebagai wilayah penyangga Ibu Kota Negara (IKN). Wilayah ini juga kaya akan keragaman agroekologi, mulai dari iklim kering hingga basah, dengan variasi elevasi yang lengkap. Selain itu, Sulawesi Tengah memiliki berbagai jenis tanah, termasuk tanah hitam yang subur.
Hal tersebut disampaikan Syafruddin, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Tanaman Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dalam webinar Teras TP#11 bertema “Pengelolaan Berkelanjutan Tanah Hitam untuk Ketahanan Pangan dan Mitigasi Perubahan Iklim” pada Kamis (12/12). Kegiatan daring ini didakan oleh Pusat Riset Tanaman Pangan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN.
Syafrudin mengatakan Sulawesi Tengah memiliki beragam komoditi unggulan seperti ; tanaman pangan (padi sawah, jagung, kedelai, padi kamba dan berbagai jenis padi ladang/gogo). Tanaman sayur (cabai, bawang merah, kentang dan tomat, bawang lokal Palu, palasa), tanaman buah (manggis, durian, jeruk dan berbagai macam durian lokal dan pisang lokal). Serta tanaman perkebunan (kakao, kopi, kelapa, vanili dan cengkeh), juga peternakan (sapi potong, kambing, domba palu, sapi donggala dan ayam ras).
Ia menyebutkan, di kawasan tanah hitam komoditas yang dominan adalah hortikultura seperti ; bawang merah, bawang lokal, jagung manis, dan sayuran (bayam, kangkung). Selain itu, terdapat tanaman buah (semangka, melon, buah naga), kakao, kopi, serta palawija (kacang tanah dan ubi kayu).
Dikatakannya, tanah hitam di Sulawesi Tengah tersebar di 4 kabupaten, yaitu ; Kabupaten Poso: Napu, Kabupaten Sigi: Sidera dan Oloboju. Kabupaten Tojo Una-Una: Ampana dan Ampana Tete, dan Kabupaten Banggai: Keles, Nambu, dan Pagimana.
Menurut Syafruddin, pengelolaan tanah hitam harus disesuaikan dengan jenis komoditas yang ditanam, diantaranya ;
- Tanaman palawija (jagung, kacang tanah): menggunakan sistem Olah Tanam Minimum (OTM) atau tanpa olah tanah.
- Tanaman hortikultura (bawang merah, bayam): menggunakan metode olah tanah sempurna.
- Tanaman tahunan (kakao, kopi, buah naga): penyiapan lahan disesuaikan dengan kondisi spesifik lahan.
‘’Pentingnya pengelolaan berbasis kebutuhan komoditas agar keberlanjutan dan produktivitas tanah hitam di Sulawesi Tengah dapat terjaga,’’ tegasnya.
Syafruddin menjelaskan, bahwa metode pemupukan di lahan tanah hitam Sulawesi Tengah dilakukan dengan cara penyebaran untuk pupuk padat dan penyemprotan untuk pupuk cair. Jenis pupuk yang digunakan meliputi pupuk organik (padat dan cair), pupuk kimia, dan pupuk hayati. ‘’Namun, dosis pemupukan masih belum mengacu pada kebutuhan tanaman, melainkan bergantung pada ketersediaan pupuk. Meski demikian, waktu pemupukan sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan,’’ terangnya lagi.
Sistem tanam yang diterapkan lanjut Syafruddin, mencakup tumpangsari, rotasi tanaman, dan monokultur, dengan pengendalian gulma menggunakan herbisida pratumbuh. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara preventif melalui penyemprotan berkala. Sistem pengairan yang digunakan adalah irigasi sprinkler dan aliran permukaan.
Dirinya mengungkapkan, teknik konservasi tanah dan air di Sulawesi Tengah telah diterapkan, seperti sistem teras bangku pada lahan dengan kemiringan rendah hingga sedang. Petani juga mempraktikkan tumpangsari, rotasi komoditas, pemanfaatan pupuk organik, dan pola tanam yang mendukung pelestarian lahan.
Namun, ia menyoroti gempa pada 2018 lalu menyebabkan kerusakan signifikan pada sarana dan prasarana pertanian. Pendampingan dan penyuluhan bagi petani juga diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan produktivitas mereka.
“Kami dari BRIN pernah melakukan pendampingan dan penyuluhan melalui Sistem Diseminasi Multi Chanel (SDMC) dan pola kerja sama antara periset, penyuluh, dan praktisi (petani),” ungkap Syafruddin.
Mengakhiri paparannya, Syafruddin menekankan pentingnya riset mendalam mengenai potensi dan peluang pengembangan pertanian di lahan tanah hitam Indonesia. Hal ini untuk meningkatkan produktivitas dan mendukung mitigasi perubahan iklim sebagai bagian dari program swasembada pangan nasional.
“Selain itu, diperlukan sistem pendampingan terpadu yang melibatkan pemegang kebijakan, praktisi, dan dukungan para periset,” pungkasnya. (DNP,TG,LNW,ASH/ed: sl, trs)
Sumber artikel:
https://www.brin.go.id/news/121888/kaya-akan-tanah-hitam-sulawesi-tengah-miliki-banyak-komiditi-unggulan