Mengungkap Definisi dan Sebaran Tanah Hitam di Indonesia
19 December 2024Pengelolaan Tanah Hitam di Lombok Tengah NTB
19 December 2024Cibinong-Humas BRIN, Tanah hitam adalah tanah mineral hitam, yang memyimpan bahan organik yang tinggi pada lapisan atas sehingga berperan penting dalam ketahanan pangan dan mitigasi dampak perubahan iklim. Tanah yang subur dan produktif ini menjadi sentra produksi pertanian dunia dan berperan menambat karbon dari udara serta menyimpan stok karbon yang tinggi.
Degradasi tanah berupa erosi tanah, kehilangan karbon tanah, ketidaksetimbangan hara, pendangkalan tanah, pemadatan, pemasaman tanah, dan polusi tanah merupakan ancaman utama untuk pengawetan tanah ini. Strategi multidimensi pun perlu diformulasikan untuk menjaga kelestarian tanah hitam dan memastikam berjalannya ketujuh fungsi dan jasa lingkungan tanah hitam.
Menyadari arti pentingnya tanah hitam dan ketahanan pangan, perubahan iklim, pencapaian Sustainable Development Goals (SDG), maka sebanyak 17 negara, termasuk Indonesia, serta Uni Eropa mendirikan Jejaring Internasional Tanah Hitam (International Network of Black Soils) di bawah koordinasi Kemitraan Tanah Global (Global Soil Partnership) FAO. Jejaring tersebut digunakan sebagai wahana pertukaran hasil riset, pengetahuan, dan pengelaman dalam pengelolaan berkelanjutan tanah hitam. Hingga saat ini lebih dari 30 negara telah bergabung dalam jejaring internasional tersebut. Hal ini menandakan pentingnya tanah hitam di setiap negara untuk pembangunan nasional masing-masing.
Untuk itu dalam rangka Hari Tanah Sedunia dan sebagai wujud kepedulian akan tanah hitam, Pusat Riset Tanaman Pangan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengadakan Webinar Teras TP #11 bertema “Pengelolaan Berkelanjutan Tanah Hitam untuk Ketahanan Pangan dan Mitigasi Perubahan Iklim”, pada Kamis (12/12).
Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN, Yudhistira Nugraha mengatakan bahwa salah satu faktor keberhasilan dari produksi adalah bagaimana menyiapkan lahan atau tanah sehingga dapat menyokong produktivitas dari tanaman itu sendiri. “Tentunya tanah hitam itu pasti akan lebih subur karena warna hitam itu identik bagus dengan kandungan karbonnya yang tinggi dan dapat menyokong produktivitas tanaman,” ungkapnya.
Dirinya mengatakan negara lain seperti Jepang, Ukraina, Rusia, Amerika dan lainnya memiliki luasan tanah hitam yang cukup luas. Di Indonesia sendiri ternyata juga ada seperti di Lembah Limboto, Semi Arid Nusa Tenggara Timur, Lombok Tengah dan Lembah Palu. Saat ini isu yang sedang berkembang adalah terkait tanah yang terdegradasi, alih fungsi lahan dan kandungan C-organik tanah-tanah yang ada semakin menurun. Jika hal ini dikaitkan dengan tanah hitam maka diperlukan solusi untuk mengatasi masalah tersebut termasuk tantangan yang akan dihadapi sehingga bisa mendapatkan tanah dengan kandungan C-Organik bagus.
“Diharapkan dari webinar kali ini dapat memberikan manfaat dan pencerahan kepada masyarakat yang belum memiliki pemahaman terkait tanah hitam. Ke depannya diharapkan ada kolaborasi bagi periset terkait tema-tema riset yang akan diangkat sehingga dapat memecahkan permasalahan yang ada di negara kita,” tutupnya.
Selain menghadirkan beberapa Peneliti Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN, webinar menghadirkan pula Nurdin, Dosen Universitas Negeri Gorontalo yang memaparkan materi “Pengelolaan Tanah Hitam di Lembah Limboto”. Menurutnya di Indonesia ada beberapa wilayah atau daerah yang memiliki lahan tanah hitam, di mana setiap daerah tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda dalam pengolahan lahannya.
Lembah Limboto Gorontalo misalnya, merupakan lembah yang berada di wilayah Provinsi Gorontalo dengan letak sangat strategis yaitu memiliki Danau Limboto yang merupakan outlet dari 27 sungai yang masuk ke dalam danau. Selain itu, ada tiga kawasan yang disanggah atau di sokong oleh Lembah Limboto yaitu Kawasan Perkotaan Lomboto, Kawasan Perkotaan Suwawa dan Kawasan Perkotaan Gorontalo.
“Lembah Limboto juga merupakan sentra utama produksi pangan Provinsi Gorontalo, dan Kawasan Bandara Djalaludin Gorontalo yang hingga saat ini masih terus melakukan pembangunan dan perluasan area. Kemudian yang paling penting adalah terbukanya jalan Gorontalo Outer Ring Road (GORR) yang juga berdampak pada eksistensi tanah hitam yang ada di Lembah Limboto,” papar Nurdin. (DNP,LNW,ASH,TG/ed: sl, aps)
Sumber artikel:
https://www.brin.go.id/news/121877/pengelolaan-tanah-hitam-berkelanjutan-untuk-ketahanan-pangan-dan-mitigasi-perubahan-iklim