Direktorat Baru Kado Istimewa Bagi Komunitas Ilmu Tanah Indonesia
7 December 2024HITI Anugerahi Tokoh Berkontribusi Bagi Ilmu Tanah di Indonesia
7 December 2024Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI) menganugerahkan Lifetime Achievement HITI Award 2024 kepada empat tokoh yang telah banyak memberi kontribusi dan berdedikasi besar bagi ilmu tanah di Indonesia. Para penerima penghargaan tersebut adalah Prof. Dr. Ir. Budi Mulyanto, M.Sc; Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Sc; Dr. Ir. Soetanto Abdullah, SU; dan Prof. Dr. Ir. Abdul Kadir Salam, M.Sc. Keempatnya merupakah ahli dan pakar yang dipilih oleh para perwakilan Pengurus HITI Pusat dan 26 Pengurus HITI Komisariat Daerah.
Sekretaris Jenderal Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI), Dyah Retno Panuju, Ph.D, mengatakan penghargaan tersebut diberikan dalam rangka mengapresiasi para tokoh yang telah berjasa mengembangkan ilmu tanah di Indonesia serta pemanfaatannya di masyarakat. “Tanah merupakan matrik dasar kehidupan yang jumlahnya tetap, tetapi permintaan terhadap alokasi pemanfaatan tanah semakin besar. Ini tantangan besar bagi ahli-ahli tanah di Indonesia,” kata Dyah, di Bogor pada (5/12) kemarin.
Menurut Prof. Budi Mulyanto, saat ini telah terjadi perkembangan luar biasa pada bidang ilmu tanah yang semula dipelajari untuk melayani sektor pertanian, tetapi kini diminta untuk melayani sektor yang luas yaitu untuk mendukung kehidupan dan peradaban manusia. “Dulu yang dipelajari hanya sifat tanah untuk pertanian, sekarang menjadi kualitas tanah dan kesehatan tanah,” kata Budi Mulyanto.
Hari Tanah Dunia tahun ini mengusung tema global “Caring for Soil: Measure, Monitor, Manage”, yang mengingatkan kita akan pentingnya menjaga tanah dengan mengukur kesehatannya, memantau kondisinya, dan mengelolanya dengan bijaksana. HITI juga memberikan penghargaan kepada para mahasiswa berprestasi dalam kompetisi Soil Judging Contest. Kompetisi bergengsi, tersebut melibatkan mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia yang menguji kemampuan para peserta dalam mengenali jenis tanah, menganalisis sifat fisik dan kimianya, serta memahami potensinya untuk berbagai penggunaan lahan.
Pada tahun ini, juara pertama diraih oleh tim UNPAD 1, yang dengan ketua tim Muhammad Aditya Pratama dengan skor tertinggi sebesar 76,88. Juara kedua jatuh kepada tim IPB 2, dengan ketua tim Rian Maulana yang meraih skor 73,94, sementara juara ketiga diraih oleh tim UNS 1, dengan ketua tim Wisnu Dwito Nugroho Jati dengan skor 70,00. Tiga peserta lainnya menerima penghargaan sebagai juara harapan, yaitu tim UNPAD 2 dengan ketua tim Devi Amalia Ayu Mawarti, tim UGM 1 dengan ketua tim Ayu Putri Puji Astuti, dan tim IPB 1 dengan ketua tim Muh. Fatih Akbar Ramadhani.
Dalam kompetisi ini, para peserta menunjukkan kemampuan luar biasa dalam mengenali tanah dengan berbagai pendekatan klasifikasi tanah. Mereka berhasil mengidentifikasi tanah yang dijadikan lokasi pengamatan dengan nama Kambisol Gleik pada sistem Klasifikasi Tanah Nasional (2016) atau juga dikenal sebagai Oxyaquic Dystrudepts dalam sistem Soil Taxonomy (2022), dan Cambisols dalam sistem WRB/FAO (2015). Tanah ini umumnya ditemukan di lahan sawah yang sedang dikeringkan. Kemampuan untuk mengenali dan memahami karakteristik tanah seperti ini merupakan keterampilan penting yang mendukung pertanian berkelanjutan di Indonesia.
Ketua juri, Prof (R). Dr. Ir. Sukarman, MS, mengapresiasi kerja keras dan dedikasi para peserta. Ia menjelaskan bahwa kompetisi ini dinilai berdasarkan beberapa aspek penting yang mencakup kemampuan teknis, kolaborasi tim, dan interpretasi hasil. “Yang kami nilai pada Soil Judging Contest ini antara lain kerjasama tim, teknik mendeskripsi profil, kebersihan alat, dan ketepatan waktu. Selain itu, peserta juga dinilai dari deskripsi umum seperti koordinat lokasi dan bentuk lahan, hasil deskripsi profil tanah, serta karakteristik lokasi seperti bentuk wilayah, lereng, bahan induk, drainase, dan keadaan erosi,” jelas Profesor Riset dari Badan Riset dan Inovasi Nasional itu.
Para peserta kompetisi ini dinilai oleh tim juri yang terdiri dari pakar tanah terkemuka, seperti Prof. Dr. Ir. Abraham Suriadikusumah; Dr. Ir. R. A. Dyah Tjahyandari Suryaningtyas, MAppl.Sc; Ir. Rudi Eko Subandiono, M.Sc; Rachmat Abdul Gani; dan Estiyanto Sri Nugroho, SP, MSi.
Hari Tanah Dunia tahun ini menjadi momentum berharga untuk mengingatkan semua pihak akan pentingnya tanah dalam mendukung kehidupan. Tanah bukan sekadar media tumbuh bagi tanaman, tetapi juga menjadi fondasi peradaban manusia. Tema “Caring for Soils: Measure, Monitor, Manage” yang diusung tahun ini mengajak semua elemen masyarakat untuk berperan aktif dalam menjaga kesehatan tanah.
Melalui penghargaan dan kompetisi seperti ini, HITI berharap dapat menggugah dan menginspirasi lebih banyak individu untuk peduli terhadap tanah dan mengambil peran aktif dalam menjaga keberlanjutannya. Hari Tanah Dunia bukan hanya peringatan, tetapi juga panggilan untuk bertindak demi masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.*
*) Penulis adalah Peneliti di Pusat Riset Tanaman Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).