Definisi Ilmu Tanah dalam Lensa Geografi

Disiplin ilmu tanah terus berkembang mengikuti perkembangan zaman. Ilmu tanah yang berakar pada upaya mendukung produktivitas pertanian, berkembang meluas untuk mendukung keberlanjutan lingkungan dan peradaban manusia yang lebih luas.

Dengan demikian definisi ilmu tanah juga mengalami perkembangan seperti juga definisi tanah. Peneliti Indonesia dari Universitas Gadjah Mada dan Badan Riset dan Inovasi Nasional yang juga anggota Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI) turut berkontribusi dalam diskursus definisi ilmu tanah. Sebuah paper yang diterbitkan di jurnal Soil Security mengusulkan definisi “ilmu tanah” berbasis lensa geografi, yang menekankan peran penting dimensi spasial dan hubungan lanskap dalam membentuk sistem tanah. Paper tersebut juga menjelaskan peran penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis yang semakin penting dalam disiplin ilmu tanah.

Definisi ilmu tanah yang diusulkan mengisi celah definisi ilmu tanah klasik. Sebelumnya definisi ilmu tanah sering mengabaikan konteks geografis, sifat tanah, proses pembentukan, dan fungsi yang secara inheren dipengaruhi oleh variabilitas spasial dan interaksi lingkungan. Dengan mengkaji evolusi historis ilmu tanah, definisi yang ada, prinsip-prinsip inti geografis, kemajuan dalam pemetaan tanah, peran penginderaan jauh dan sistem informasi geografis (SIG), maka makalah ini mengusulkan definisi ilmu tanah yang disempurnakan yang secara eksplisit mengintegrasikan perspektif geografis.

Definisi yang diusulkan ini menawarkan konsep tanah sebagai sistem yang heterogen secara spasial dan dinamis secara temporal, diatur oleh pengaturan geografis dan konfigurasi spasialnya. Menggabungkan perspektif ini tidak hanya memperdalam fondasi teoretis ilmu tanah tetapi juga meningkatkan relevansinya dengan perencanaan penggunaan lahan, pengelolaan lingkungan, dan praktik pertanian berkelanjutan.***

Full paper mengenai tulisan tersebut dapat diakses secara bebas pada link berikut:
https://share.google/Nph4WiRxctoLxpgRc